![]() |
Semangat muda, kerja keras dan cerdas mengantarkan sang pelopor dari Desa Sendoyan kini mampu menjadi orang nomor satu di desanya. |
Pemuda merupakan aset bangsa, dipundaknya tergantung seluruh cita-cita yang takkan lekang oleh waktu. Di pundaknya terukir berbagai prestasi yang membanggakan, namun di sana juga terdapat beban yang amat berat untuk dipikul oleh seseorang yang berpredikat “pemuda”. Tantangan maupun gejolak selalu mengiringi dikala ambisi untuk membangun tertoreh didada.
Berbagai ujian dan cobaan seakan takkan melunturkan niat tulus sang pemuda untuk membangun peradaban bangsa yang dimulai dari dirinya sendiri, orang terdekat, dan desa hingga tercapai impian yang selama ini membayangi setiap jejak kakinya.
![]() |
Foto kenangan saat di SSI di Bogor |
Sebagai manusia yang menyandang predikat pemuda, di sini lah saya menjadi relawan untuk mengajukan diri sebagai pemuda pembangun peradaban, pemuda antimainstream yang belum pernah ada sebelumnya di desa saya, bahkan di Pulau Kalimantan ini.
![]() |
Di desa binaan SSI |
Keinginan untuk menjadi Kepala Desa bukanlah hal sederhana yang begitu saja terpikirkan ketika merenung, bukan pula sebuah keputusan yang semata-mata diambil sebelah pihak. Banyak hal yang yang terjadi di desa dan pada diri saya sehingga saya memutuskan dengan mantap ingin menjadi kepala kesa, seperti Naruto yang memiliki azzam untuk menjadi Hokage di Konohagakure.
![]() |
Bersama rekan di desa binaan SSI |
Usia yang masih muda, belum menikah, belum mapan, diprediksi akan memiliki karir yang cemerlang jika melamar pekerjaan disuatu perusahaan, itulah alasan sebagian orang yang menyayangkan keinginan saya untuk menjadi kepala desa. Mereka menyayangkan karir saya ke depannya, kepala desa hanyalah suatu jabatan yang akan berakhir 6 tahun ke depan, gaji yang tidak seberapa dengan tugas yang luar biasa beratnya bagi seorang pemuda yang masih lajang. Hal itu tidak menyurutkan tekad saya untuk maju di barisan terdepan.
![]() |
Langkah awal ikut politik di tingkat Desa. Cabut nomor pencalonan Kades Sendoyan. |
Pertengahan tahun 2016, lebih tepatnya tanggal 26-30 Agustus 2016 saya berangkat ke Bogor untuk mengikuti kegiatan Sekolah Socioentrepreneurship Indonesia (SSI). Di sini banyak sekali pengalaman yang didapatkan, di antaranya mengkaji potensi-potensi yang ada di suatu daerah / desa untuk dikembangkan dengan kegiatan sosial entrepreneur, studi banding ke desa binaan, mendapatkan pembelajaran dan pembekalan dari para pelaku sosial entrepreneur.
![]() |
Salam dua jari |
Dari hasil kunjungan ke desa binaan, saya mendapatkan inspirasi Desa EMAS, yang sekarang menjadi visi misi saya untuk membangun desa. Sepulang dari SSI, banyak ilmu yang didapat untuk dipraktekkan di desa. Namun, yang menjadi hambatan saya saat itu adalah adanya tekanan dari oknum pemerintah desa sehingga saya tidak bisa berbuat apa-apa.
![]() |
Debat kandidat, tawarkan gagasan Sendoyan Emas |
Kegiatan yang selama ini saya lakukan, aspirasi yang saya sampaikan, tindak tanduk saya di desa selalu dianggap teror bagi pemerintah desa yang lalu. Mereka begitu anti dan seakan alergi dengan kehadiran saya. Rasanya akan percuma jika ilmu yang saya dapatkan tidak tersalurkan sedikitpun, kecuali jika saya benar-benar memegang kekuasaan. Hal itu semakin membuat semangat saya terpacu untuk bertarung dimedan juang dan mencalonkan diri sebagai kepala desa pada Pilkades tahun 2017.
![]() |
Bersilaturahimm dengan warga |
Awal tahun 2017 saya menikah, karena syarat tidak tertulis dari masyarakat desa adalah kepala desa harus memiliki istri. Alhamdulilah Allah berikan sosok yang tepat untuk saya membangun keluarga dan membangun desa bersamanya.
![]() |
Saat kampaye |
Dengan adanya pendamping hidup tentunya lebih memantapkan hati, memudahkan saya menyusun strategi dan rencana untuk Pilkades. Terlebih lagi bisa mematahkan argumen masyarakat yang dulunya tidak setuju saya mencalonkan diri sebagai Kades karena belum memiliki pendamping hidup. Bersama istri, saya menyusun rencana dan strategi untuk suksesi Pilkades 2017.
![]() |
Sang pelopor bersama istri tercinta saat pelantikan Kades Sendoyan. |
Strategi yang saya lakukan tidak dalam perbuatan nyata seperti membuat bermacam-macam agenda di desa maupun terobosan-terobosan yang bisa dterapkan seperti kegiatan sosial preneur yang telah saya pelajari di SSI karena segala kegiatan yang akan saya lakukan sudah pasti diblacklist oleh pemerintah desa saat itu. Untuk itu, saya melakukan pendekatan dengan beberapa tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda dengan melakukan diskusi tentang masalah serta solusi yang bisa diberikan untuk membangun desa dan meyakinkan masyarakat bahwa untuk membangun desa kita harus bersatu.
Selain itu, saya juga aktif dikegiatan masyarakat dan kegiatan majelis sehingga masyarakat sudah mengenal pribadi saya seperti apa jauh sebelum suksesi pilkades.
Dengan berbekal tekad dan sedikit ilmu yang dimiliki, saya berhasil mengalahkan 3 calon Kades lainnya dalam Pilkades 2017 dengan usia 25 tahun saat pencalonan dan pemilihan. Saat pelantikan, saya berusia 26 tahun dan dikenal sebagai kepala desa termuda se - Kabupaten Sambas dan bahkan se- Kalimantan Barat.
Biodata;
Nama : Juliansyah
TTL : Sendoyan, 11 Juli 1991
Alamat : Desa Sendoyan, Dusun Capil RT 001 RW 001, Kec. Sejangkung, Kab. Sambas
Status : Menikah
Pendidikan : S1 Pertanian
Pekerjaan : Kepala Desa Sendoyan Periode 2017 - 2023
Ditulis oleh: Juliansyah & Desi Rahmawati
(Diceritakan sebagai alumni SSI).
Foto : Dekumentasi pribadi
Narasi Foto : Dedi
Komentar
Posting Komentar