Langsung ke konten utama

Tradisi Jaga Ladang yang Dikenal "Muan"


Batu Layar, Sambas (23/11) -  Menarik untuk diingat dan diulas tentang tradisi menjaga ladang (bahasa Sambas, Umme) yang dikenal dengan 'Muan'. Muan merupakan kegiatan menjaga ladang dan dilakukan di malam hari.

Muan dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai padi dimakan babi. Aktivitas muan dilakukan ketika padi mulai mengeluarkan buah (padi sedang bunting). 
Biasanya orang pergi muan sekitar pukul 19.00 Wib hingga matahari terbit. Kadang jam begitu waktu rawan di mana babi- babi hutan mulai beraksi. 

Untuk muan, di umme ada sebuah pondok untuk menjaga ladang tersebut. Biasanya pondok sederhana dibuat tinggi sekitar 3 meter untuk memudahkan pemantau ladang. 

Pondok yang dibuat biasanya di berada ditengah - tengah ladang agar semua bisa diawasi. Di bawah dangau karena tinggi kita bisa melakukan aktivitas membakar. Selain bisa dimanfaatkan untuk memanaskan suhu udara juga bisa menghalau nyamuk hutan yang banyak dan ganas. Di bawah dangau juga kita bisa melakukan aktivitas memasak sesuatu atau membakar sesuatu yang bisa dimakan seperti membakar ubi kayu.

Agar suasana berisik dan menak-nakutkan babi agar tidak mendekat dari dangu hingga ke sudut ladang dipasang lonceng dari kaleng bekas. Kaleng bekas dikasih batu atau besi dan dipajang di kayu. Dari kayu tersebut diberi tali hingga ke dangau. Sambil menunggu di dangau dan ketika malas meronda di sekitar ladang kita tinggal mengoyang-goyangkan tali. Dengan demikian suara kaleng mengema.

Seingat penulis aktivitas tersebut terakhir sekitar tahun 200o-an.  Untuk saat ini muan sulit ditemukan dan bahkan tidak ada. Selain teknik berladang bekurang,  juga babi -babi hutan telah jarang ditemukan karena habitatnya hutan sudah habis dibabat

Bagi penulis yang beberapa kali ikut bersama orang tua apalagi saat itu masih diusia anak-anak aktivitas tersebut sangat menyenangakan. Tidur di hutan dan di dangau memberikan sesasi tersendiri. 

Untuk ladang zaman dahulu biasanya orang membukan lahan  yang sebelumnya ada tanaman karet atau hutan- hutan tidak terlalu rimba. Lokasi ladangnya berpindah- pindah.
Oleh : Dedi




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAM MANIS SI RASA BUAH TAPPUS; BUAH HUTAN YANG TERLUPAKAN

Buah Tappus : Terlihat Buah Tappus yang sebentar lagi matang. Buah Tappus merupakan tanaman hutan yang tumbuh liar. Anda dapat menemukan tappus di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan. (Foto/Dedi) Ayo siapa yang masih ingat dengan si buag hutan, buah tappus. Saat ini mungkin sebagain sudah lupa atau bahkan tidak mengenal sama sekali. Buah tappus merupakan buah hutan yang tidak ditanam namun tumbuh bebas secara liar. Anda dapat menemukan tappus di hutan atau di area perkebunan karet atau hutan balantara. Buah tappus memiliki rasa asam manis seperti nano- nano. Sementara bentuk pohon tappus persis pohon lengkuas. Daun dan model pohonnya mirip sekali. Hanya saja lengkuas tidak memiliki buah. Sedangakan tappus bisa memiliki buah dan posisi buanhya muncul di tengah batang. Waktu kami kecil, saat SD tahun 2000-an, bagi anak- anak seusia tersebut sangatlah tidak asing buah tappus. Buah tappus bagi kami saat ini adalah buah untuk cemilan anak-anak selesai bermain bersama. Kami kadang secara...

BUAH UNIK SI BUAH MALEK

Buah Malek : Buah malek si buah unik ini siap diseduh dengan air panas. Tampak berwarna pink yang menandakan buah itu matang  (Foto/Hamzul) Buah malek begitu panggilan warga di desa kami. Buah yang berbentuk bundar dengan diameter sekitar 2 centi meter dan ketika buahnya matang berwana pink ini sangat unik dan khas. Khas di di sini baik dari segi keberadaanya dan cara mengkosumsinya. Terkait keberadaan buah malek ini hanya bisa ditemukan di beberapa tempat seperti di Desa Sendoyan. Sedangkan di daerah lainnya terutama di luar Kabupaten Sambas buah ini sulit ditemukan di pasar buah dan lainnya padahal buah ini super lezat. Buah ini boleh dikatatakan buah hutan. Untuk bentuk ukuran tinggi pohon malek sekitar 10-15 meter ke atas dan dan buahnya muncul di dahan besar dan kecil serta hadirnya buha bersifat begerombolan. Buah malek ini matang dapat dilihat dari warna kulitnya yang semula hijau keputih- putihan berubah menjadi pink kemerah- merahan di kelopak tangkai buah....

BATU SAWAK, SI BATU ULAR

Pemuda Batu Layar yang tergabung dalam GTP Berfoto di Kepala Batu Sawak. (Foto: Aman dan Amin) Bila anda berkunjung ke Dusun Batu Layar Desa Sendoyan, Sambas tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk mampir ke Batu Sawak. Bentuknya seperti ular membuat masyarakat setempat menyebutnya Batu Ular Sawak. Jika diperhatikan memang ada kemiripan dari bentuknya yang bulat memanjang. Untuk pajaknya sekitar 35 meter. Sedangkan untuk lebarnya sekitar 1,5 meter dan tinggi 1 meter. Di Badan Batu Sawak Menarik dan uniknya lagi Batu Ular Sawak tersebut memiliki dua badan dan satu kepala. Untuk besar kepala memiliki pajang sekitar 2 meter dan lebar 1 meteran serta tinggi 30 centimeter. Posisi batu tersebut merambat di tanah. Lokasinya sendiri tidak jauh dari jalan dusun. Batu Sawak yang tidak jauh dari Batu Layar tersebut berada di dalam kebun karet. Menurut cerita masyarakat setempat dan berdasarkan cerita orang terdahulu meskipun harus dicek kebenaranya, Batu Sawak awalnya ada...