Pontianak, 26/11 (Gerakan Tangan Pemuda) - Kata belale' di beberapa waktu lalu masih tidak asing di telinga kita. Namun hingga saat ini istilah itu kian kurang terdengar seiring pudarnya penerapan belale di dalam suatu masyarakat khususnya di Kabupaten Sambas, termasuk di Dusun Batu Layar.
Belale' diartikan proses kerjasama antar individu dengan individu lainnya yang bersifat saling bergantian. Belale' bisa terjadi minimal terdiri dua orang.
Sekilas, belale' hampir mirip dengan gotong royong karena di dalamnya ada unsur kerjasama dan tolong menolong. Namun jika ditelaah lebih dalam terdapat beberapa perbedaan mendasar yang mencolok. Perbedaan itu seperti dari tujuannya. Belale' lebih kepada untuk kepentingan pribadi dan yang mendapat manfaatnya pihak-pihak yang terlibat. Contohnya dalam belale' menaman padi yang di dalamnya terdapat 5 orang anggota yang saling bergantian menanam padi di waktu yang berbeda. Meskipun di dalamnya ada proses kerjaasama kembali lagi tujuan dan manfaat mereka yang tergabunglah yang merasakanya. Berbeda dengan gotong -royong di mana kepentingan atau tujuan hal tersebut untuk kepentingan umum. Meski dalam pelaksaanya hanya beberapa orang namun manfaatnya dirasakan semua pihak. Kemudian untuk gotong royong, obyek yang dikerjakan hal - hal untuk kepentingan umum. Meski yang beberapa orang yang mengerjakan namun manfaat dirasakan semua pihak seperti gotong royong memperbaiki jalan, tempat ibadah dan lainnya.
Kembali ke hal belale', dalam hal apapun sebenarnya bisa diterapkan selama apa yang dilakukan dalam proses kerjasama tersebut tidak berbeda. Meskipun kadang ada perbedaan kerjaan namun masih sama waktunya selama ada kesepakatan.
Tradisi belale' kebanyakan diterapakan masyarakat desa- desa. Kemudian apa yang dikerjakan biasa yang paling dominan dalam bertani, khususnya menanam padi.
Aksi belale' seperti menanam padi juga beragam, baik itu mulai dari persemaian, menanam padi di ladang atau di sawah dan bahkan saat panen.
Belale bisa juga dalam menanam lada seperti belale' mencangkul lahan atau dikenal membuat 'terumbuk'.
Pudarnyaa semangat dan penerapan belale' saat ini tidak terlepas dari pengaruh teknologi. Dengan majunya teknologi pelan tapi pasti pengerjaan yang semula agar cepat dan lebih luas sekarang hanya sedikit sentuhan teknolgi, bisa diselesaikan sendiri.
Contoh dulu untuk mengelolah lahan sawah dalam satu hektar membutuhkan beberapa orang dan waktu yang lama. Namun setelah adanya traktor, hanya butuh satu orang dan dalam beberapa jam saja sudah beres. Kemudian contoh lainnya seperti dulu untuk membuka lahan pertanian yang berumput harus menebas.
Namun sekarang dengan adanya racun rumput dengan bermodal semprot semua mudah dan cepat teratasi. Sehingga dari kedua contoh di atas, kembali lagi sentuhan teknologi sangat memberikan pengaruh besar dalam belale'. Belum lagi ditarik di kota-kota besar, belale' akan sulit dilakukan karena induvidualisme dan profesionalisme yang tinggi.
Pertanyaannya, untuk saat ini masih relavankan belale'?. Menurut saya masih sangat relevan diterapakn kearifan lokal tersebut meskipun ruang geraknya agak terbatas.
Seperti menanam padi dan lainnya masih cocok penerapan belale' dihadirkan. Terpenting menurut saya dengan belale' silaturahim dan hubungan baik bisa terjalin dengan erat. Semngat kekeluargaan dan gotong royong di dalamnya besar dan itu bisa mewujudkan masyarakat yang harmonis dan damai.
Semoga belale' tetap ada dalam kehidupan kita untuk kita lebih baik.
(Dedi)
Komentar
Posting Komentar